Senin, 19 Maret 2012

Pentingnya Memahami Kebutuhan Emosional Anak

Pada bagian sebelumnya kita telah mempelajari bahwa anak dan remaja lebih dikendalikan oleh emosi-emosi mereka daripada pemikiran rasional dan logis. Emosi ini menjelaskan mengapa anak dan remaja berperilaku demikian, termasuk perilaku yang merusak diri sendiri. Jadi jika kita ingin memotivasi mereka, sebaiknya kita pahami lebih dulu emosi yang mengendalikan mereka dan memanfaatkannya untuk mengarahkan perilaku dan pemikiran yang lebih memperdayakan.
Berikut adalah ketiga kebutuhan emosional anak:

1. Kebutuhan untuk merasa AMAN
Salah satu kebutuhan terkuat yang dibutuhkan soerang anak adalah perasaan aman. Aman didalam diri dan lingkungannya. Remaja mencari rasa aman dengan bergabung dengan sekelompok “geng” atau sekumpulan teman sebaya mereka, terlibat aturan sosial diantara mereka, serta meniru perilaku temannya.
Seorang psikolog Dr. Gary Chapman, dalam bukunya “lima bahasa cinta” mengatakan kita semua memiliki tangki cinta psikologis yang harus diisi, lebih tepatnya jika anak maka orangtuanya yang sebaiknya mengisi. Anak yang tangki cintanya penuh maka dia akan suka pada dirinya sendiri, tenang dan merasa aman. Hal ini dapat diartikan sebagai anak yang berbahagia dan memiliki “inner” motivasi.
Perlukah kita mempelajari dan mengetahui tangki cinta? Sangat perlu, saya seringkali merekomendasi para guru dan orangtua untuk mempelajari dan menemukan bahasa cinta anak mereka, dirinya dan pasangannya. Hal ini akan saya bahas pada artikel berikutnya).
Contoh, terdorong oleh rasa cinta kepada anaknya seorang ibu memarahi anaknya yang sedang bermain computer. “berhenti maen computer dan belajar sekarang” lalu apa yang ada dibenak anak? Mungkin “Hmpf… Ibu tidak sayang padaku, dan ingin mengendalikan aku serta keasyikanku” Nah, anak menerimanya sebagai hal yang negatif, komunikasi yang menghancurkan rasa cinta ini biasanya yang menjadi akar permasalahan orangtua dan anak, serta guru.
“Mencintai anak tidak sama dengan anak merasa dicintai”
Apa yang menyebabkan kebutuhan akan rasa aman tidak terpenuhi?
• Membandingkan anak dengan saudara atau orang lain
Ketika kita mengatakan “mengapa kamu tidak bisa menjaga kebersihan kamar seperti kakakmu”, “kenapa kamu tidak bisa menulis serapi Rudi”. Akan tumbuh perasaan ditolak, tidak diterima, mereka akan berpikir “papa/mama lebih suka dengan…” hal ini menumbuhkan sikap tidak suka dengan dirinya sendiri dan ingin menjadi orang lain. Mereka merasa aman dengan menjadi orang lain, bukan merasa aman dan nyaman menjadi dirinya sendiri.
• Mengkritik dan mencari kesalahan
Ketika kita mengatakan: “dasar anak bodoh, apa yang salah denganmu? Kenapa kamu tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar?”
Dapat dipastikan, akan menimbulkan perasaan dendam, tidak ada rasa aman dilingkungan rumah (jika hal ini sering terjadi dirumah).
• Kekerasan fisik dan verbal
Saya rasa tidak perlu dijelaskan lagi, hal ini sudah banyak kita temui di surat kabar dan berita ditelevisi, dan bahayanya atau akibatnya juga sering kita temui di media tersebut. Jika tidak ada rasa aman dalam rumah, maka seorang anak akan mencari perlindungan untuk memenuhi rasa aman mereka disemua tempat yang salah. Dan anak akan melakukan apa saja untuk mendapatkan rasa aman ini, mencari perhatian dengan cara yang salah.
2. Kebutuhan akan pengakuan (merasa penting) dan diterima atau dicintai
Jarang sekali orangtua membuat anak-anak mereka merasa penting dan diakui dirumah. Sebaliknya banyak orangtua yang membuat anak mereka merasa kecil dan tidak berarti dengan ancaman: “lebih baik kerjakan PR-mu sekarang, atau…”
Apa yang ada dalam pikiran anak jika diperlakukan seperti itu? Kita orangtua justru senang jika anak melakukan hal yang kita perintah, tapi yang ada dipikiran anak adalah mereka merasa kalah dengan melakukan apa yang diperintahkan orangtua dengan cara seperti itu. Sehingga banyak anak yang menunda atau tidak mengerjakan apa yang ditugaskan orangtua (bahkan dengan ancaman sekalipun) untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya akan pengakuan.
Peringatan keras bagi orangtua: Jika anak-anak tidak merasa dicintai dan diterima oleh orangtua, mereka akan terdorong untuk mencarinya disemua tempat yang salah.
Keinginan seorang anak untuk diakui dan ingin dicintai begitu kuat, sehingga mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Jika mereka tidak mendapat pengakuan dengan cara yang benar maka akan menemukan dengan cara yang salah dan ditempat yang salah. Kebutuhan ini mendorong beberapa anak dan remaja untuk menggunakan tato, mengganggu anak lain, bergabung dengan geng pengganggu, mengecat rambut dengan warna menyolok, bertingkah laku seperti badut dan pelawak. Hal ini umumnya menyusahkan mereka sendiri, tetapi demi mendapatkan pengakuan dan diterima (mendapatkan perhatian).
Ada kasus ekstrim pada 16 april 2007, seorang siswa US Virginia Tech, Cho Seng-hui. Menembak dan menewaskan 32 siswa. Apa yang mendorong perilaku tersebut, sehingga dia melakukan hal yang begitu luar biasa gila? Dia melakukan hanya karena kebutuhan pengakuan dan rasa pentingnya begitu besar, tetapi tidak terpenuhi oleh orang-orang yang mengabaikannya dan menghinanya. Hal itu memaksanya keluar dari dunia logika dan merenggut nyawa orang lain serta dirinya sendiri, dalam pikirannya dia berpikir lebih baik mati bersama nama buruk dari pada hidup bukan sebagai siapa-siapa.
3. Kebutuhan untuk mengontrol (merasa mandiri atau keinginan untuk mengontrol)
Seiring pertumbuhan anak, sembari mencari identitas diri dan sambil belajar membangun kemandirian dari orangtua. Proses ini menciptakan kebutuhan emosional untuk bebas dan mandiri.
Jadi itu sebabnya anak tidak mau didikte untuk apa yang harus dilakukan. Mereka merasa tidak “gaul” mendengarkan orangtua. Dengan mendengarkan nasihat orangtua mereka seakan diperlakukan seperti anak kecil. Ini menjelaskan mengapa anak lebih mendengarkan teman mereka dan om atau tante (paman atau bibi) yang masih muda dari pada orangtuanya sendiri.
Orangtua yang cerdas, tidak akan menyerah menghadapi hal ini. Bagaimana caranya memberikan arahan dan agar anak mau mendengar orangtua? Gunakan komunikasi yang tidak bermaksud memaksa anak dengan nasihat kita. Buatlah seakan-akan mereka belajar dan bekerja keras untuk diri mereka sendiri bukan untuk kita. mereka akan lebih bersemangat dan termotivasi dengan cara seperti itu. Dan yang terpenting adalah memenuhi tangki cinta anak kita setiap hari dan memastikan selalu penuh saat bangun anak bangun tidur dan menjelang tidur. Dengan begitu anak tahu siapa yang paling mengerti dan sayang, serta kepada siapa dia akan datang pada saat membutuhkan seseorang untuk mendengar, yaitu kita orangtuanya.
Ambilah manfaat dari informasi ini, kenali kebutuhan emosi anak kita. Pekalah dimana saat anak membutuhkan penerimaan, kebutuhan untuk mengontrol sesuatu, serta butuh untuk aman. Gunakan kata-kata yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut, berikut tips dan cara memenuhi kebutuhan emosi dasar seorang anak:
1. Rasa aman:
• Tenang sayang kamu aman bersama papa, mama akan temani kamu, hey… papa disini bakal jaga kamu sayang
2. Rasa penerimaan atau dicintai:
• Biasakan menatap mata saat berbicara pada anak, usahakan tatapan mata adalah datar atau “mata sayang”
• Sentuh bagian bahu saat berbicara atau bagian manapun asal sopan, untuk menunjukan bahwa kita ada bersama dan dekat dengan anak
• Usahakan sejajar (berdiri sejajar dengan anak atau berlutut)
• Katakan: apapun yang terjadi papa/mama tetap sayang sama kamu, kamu tetap jagoan papa/mama, dimata papa/mama kamulah yang paling cantik
3. Kebutuhan untuk mengontrol:
• Jika memungkinkan, jika anda melihat anak anda perlu untuk melakukan sesuatu sendiri maka ijinkanlah
• Sebenarnya itu adalah proses belajar untuk dirinya sendiri dan akan sangat bermanfaat dimasa dewasa
• Harga diri anak akan semakin tinggi, jika kita rajin memberikan kontrol kepada anak, karena anak merasa mampu melakukan kegiatan tanpa bantuan (tentunya kegiatan yang aman sesuai dengan kebijaksanaan orangtua)
• Luangkan waktu khusus untuk beraktivitas dan memberikan kontrol dan mengawasinya dengan kasih sayang, misal: anak umur 2-3 tahun minta makan sendiri, pergi ke sekolah sendiri, dan lain-lain

Minggu, 11 Maret 2012

Bagaimana Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak


Permasalahan kali ini yang saya ingin bahas adalah permasalahan seorang anak yang manja dan kurang mandiri. Orang tua sering mengeluhkan kepada saya. Aduh anak saya ini kurang mandiri, gimana caranya ya membuat dia mandiri. Kayaknya dia ini terlalu manja dech. Saya dulu dibesarkan orang tua dengan ekonomi yang pas-pasan. Akhirnya saya jadi berjuang sendiri untuk melakukan segala sesuatu. Anak saya ini sepertinya terlalu enak.
Biasanya ketika orang tua mulai mengeluhkan seperti itu, saya hanya berbalik menanyakan kepada mereka. “Pak, Bu.. sebenarnya Anda sudah tahu kan jawabannya harus bagaimana?”, “Lho maksud Anda bagaimana?” Mereka balik bertanya, “tadi Bapak Ibu sudah mengatakan bahwa ketika Anda dulu di besarkan pas-pasan dan Anda harus melakukannya semua sendiri. Dan anak Anda sekarang terlalu nyaman karena semua sudah Anda sediakan. Justru itulah permasalahannya, Anda menyediakan segala sesuatunya bagi anak Anda tanpa membuat dia berjuang. Anda sudah tahu permasalahannya tapi Anda masih lakukan”. Mereka mulai menyadari permasalahannya sekarang. “Tapi bagaimana lagi kan kasihan? Daripada dia repot-repot”. Justru itulah permasalahannya, kita tidak mau membuat anak kita repot. Sebenarnya itu tidak membuat anak kita repot. Sebenarnya itu untuk latihan yang perlu di jalaninya agar dia bisa mengembangkan dirinya.
Anak-anak yang kurang mandiri dan manja, adalah anak-anak yang tidak mengembangkan otonominya. Anda perlu tahu bahwa pada satu tahap perkembangan anak, mereka mempunyai sebuah tahap dimana mereka ingin otonomi lebih besar. Ini dimulai ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun. Dia ingin melakukan sesuatu saat itu. Tetapi biasanya kita orang tua terkadang terlalu melindungi anak. Ketika dia ingin memanjat kursi, kita larang dia, “jangan nanti jatuh”. Ketika dia memegang sesuatu tidak kita perbolehkan karena takut pecah dan lain sebagainya. Nah, akhirnya anak ini menjadi pasif dan hanya menunggu apa yang kita berikan atau apa yang diberikan oleh pengasuhnya. Ketika hal ini terjadi bertahun-tahun maka kita sudah mulai membentuk sebuah pola dalam diri anak kita. Untuk menjadi pasif dan tidak mandiri. Cobalah Anda memberikan sebuah latihan agar anak-anak mengerjakan sendiri.
Jika Anda mempunyai anak yang sudah menginjak kelas 1 SD, sebaiknya jangan bawakan tasnya ketika dia turun dari mobil. Anda mungkin berpendapat, “aduh.. saya kan harus berangkat kerja, kalau tunggu dia lama banget”. Itu tidak boleh di lakukan. Anda bisa berangkat lebih awal jika Anda tahu itu akan membuat Anda terlambat dan biarkan dia bawa tasnya sendiri masuk ke kelasnya. Jangan hanya karena kita tidak mau repot akhirnya “udah sini tak bawain sudah masuk di kelas”. Itulah hal-hal kecil yang membuat anak Anda jadi kurang mandiri. Jika dia sudah bisa mengembalikan piring yang dia gunakan untuk makan ke tempat cucian, biar dia melakukannya. “Lho.. kalau begitu apa gunanya pembantu yang saya bayar”. Justru itulah masalahnya Anda tidak memberikan kesempatan anak Anda untuk mengembangkan dirinya. Semua itu perlu latihan. Anda tidak bisa membuat seorang anak mandiri tanpa sebuah proses. Sama seperti ketika dulu kita di besarkan oleh kondisi susah payah oleh orang tua kita. Saat itu orang tua kita mungkin tidak sengaja melakukan hal tersebut pada kita. Bahkan mungkin mereka merasa bersalah karena tidak bisa melayani kita sebaik mungkin. Tetapi justru itulah yang baik ternyata bagi kita, bagi perkembangan kita. Kita akhirnya menjadi seorang yang mandiri. Dan kemudian ketika kita sekarang sudah menjadi orang yang berhasil kita tidak melakukan itu pada anak, dengan alasan kasian.
Para pembaca yang budiman, inilah permasalahannya kita harus melatih anak kita untuk memiliki karaktermandiri. Kita harus memberikan kesempatan pada mereka seluas-luasnya untuk mengembangkan diri dengan mengerjakan banyak hal kecil-kecil yang sangat-sangat berguna bagi perkembangan karakternya. Ketika seorang anak  mengembalikan piring makannya di tempatnya, mengangkat tasnya sendiri, mengembalikan sepatunya pada saat dia telah selesai pakai, atau melakukan kegiatan kecil-kecil maka si anak akan merasakan sebuah harga diri yang positif. Dia akan merasa bahwa dirinya sejajar dengan orang dewasa yang melakukan hal-hal tersebut. Ini akan membuat percaya dirinya melambung tinggi. Oleh karena itu berikanlah kesempatan ini pada anak-anak anda. Anda tidak akan pernah kecewa melihat mereka bertumbuh dan berkembang dengan semangat kemandirian ketika mereka  mulai menginjak masa-masa remaja.
Jadi pastikanlah Anda memberikan suatu kesempatan pada anak Anda untuk melakukan apa-apa yang dia telah mampu lakukan. Itulah kunci untuk membantu seorang anak memiliki karakter mandiri, percaya diri dan mampu mengerjakan segala sesuatu dengan tanggung jawab penuh.

Minggu, 12 Februari 2012

Hukuman Fisik Membuat Anak Lebih Agresif


Ghiboo.com - Memberi hukuman kepada anak secara fisik tidak akan mengurangi kenakalannya tapi justru membuatnya lebih agresif.


Pernyataan ini dibuat berdasarkan hasil penelitian Universitas Manitoba dan Rumah Sakit Anak dari Timur Ontario selama 20 tahun terakhir.
Times of India menyebutkan kalau penulis studi Joan Duurant dan Ron Enson menemukan bahwa hukuman fisik membuat anak lebih agresif dan dapat membahayakan mereka dalam jangka panjang.
"Perilaku anak-anak ini akan lebih agresif dan tidak takut terhadap orangtua, saudara, teman mereka. Hukuman fisik juga berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan dan penggunaan obat dan alkohol," ujar Durrant.
Ketika 500 orangtua dilatih untuk mengurangi ketergantungan mereka dalam menjatuhkan hukuman fisik, ternyata perilaku agresif anak ikut menurun. Sekarang hukuman fisik mulai ditinggalkan dan beralih ke upaya mendisiplinkan anak melalui pendekatan konstruktif.

Sabtu, 14 Januari 2012

20 Cara Agar Tak Gampang Lupa

Tadi kunci mobil diletakkan di mana ya? Tadi oven sudah dimatikan belum ya? Eh pintu rumah sudah dikunci belum?

Jika Anda biasa melontarkan beberapa pertanyaan di atas kepada diri sendiri, alias seorang pelupa, berikut ini 20 langkah memperbaiki daya ingat.

1. Padatkan
Ketika mengingat-ingat deretan huruf yang panjang seperti 33987643134509, pecahkanlah menjadi: 33 98 76 43 13 45 09.

2. Jangan menjejalkan
Lebih baik memberi ruang pada proses belajar. Contohnya, ketika Anda belajar bahasa asing, jangan mengulang satu kata terus-menerus. Demikian saran dr Chris Moulin dari Leeds Memory Group. Ulangi beberapa kali, dan kemudian lanjutkan lagi, dan kembali lagi nanti.

3. Ciptakan petunjuk
Jika kamu mempunyai kegiatan teratur setiap hari pada waktu tertentu, seperti minum obat, berilah petunjuk dirimu sendiri untuk menolong niatanmu tersebut. Misalnya: “Ketika acara TV ini selesai aku akan meminum obat.”

4. Gunakan gambar
Satu cara untuk mengingat sesuatu, seperti nama orang, adalah menggambarkan wajah mereka. Jadi ketika kamu bertemu Joe Diamond, bayangkan sebuah intan (diamond). Kamu harus lebih kreatif untuk menggambarkan nama orang dengan nama yang tidak biasa.

5. Buat lebih bermakna
Gunakan arti khusus untuk mewakili sebuah fakta atau angka, jika Anda perlu mengingat angka 50110662012, pikirkan jins Levi's, Perang Hastings, atau Olimpiade London.

6. Buatlah lebih pribadi
Buatlah sesuatu yang ingin kamu ingat berhubungan dengan dirimu sendiri. Itu pertolongan mengingat yang plaing baik. Contohnya Blair mulai berkuasa pada tahun 1997, kamu lulus tahun 1997.

7. Metode Kamar Roma
Metode Kamar Roma adalah tentang mengingat rangkaian informasi dengan memvisualisasikan mereka ke dalam sebuah lokasi. Gunakan tempat yang kamu tahu dengn baik, lakukan perjalanan pikiran melewati kamar dalam tatanan yang teratur. Kemudian letakkan informasi dari daftarmu satu per satu ke dalam setiap kamar.

Jadi ketika ingin mengingat Perdana Menteri, tempatkan Harold Wilson di lorong, James Callaghan di ruang keluarga, Margareth Thatcher di dapur dan seterusnya. Pikirkan itu pelan-pelan dan itu akan terus menempel.

8. Rutinitas
Rutinitas yang membosankan adalah teman terbaik ingatan. Letakkan barang-barang tersebut di tempat yang sama di waktu yang lama. Semakin terbiasa, semakin mudah Anda mengingat.

9. Menghafal
Menghafal adalah teknik pembelajaran yang menolong daya ingat - seperti 'Mejikuhibiniu' untuk mengingat warna pelangi. Gunakan frasa untuk mengingat hal, semakin aneh semakin baik. 

10. Makan ikan berlendir
Minyak Omega-3 yang ada pada ikan berlendir, dapat membantu kekuatan Anda berkonsentrasi.

11. Konsumsi choline
Choline, asam amino yang ada pada telur, hati, ayam dan kedelai, dapat menjaga otak dan meningkatkan daya ingat. Penelitian terbaru menunjukkan, orang dengan konsumsi choline yang tinggi berhasil menyelesaikan tes daya ingat dengan lebih baik — walau diet kesehatan jangka panjang adalah kunci utama untuk menjaga fungsi otak yang baik, dengan sayuran hijau, buah beri, tomat, kacang dan kecambah adalah makanan yang baik untuk daya ingat.

12. Olahraga
Sebuah penelitian Cambridge University menyebutkan, latihan aerobik teratur seperti jogging dapat meningkatkan daya ingat dengan memicu pertumbuhan neuron baru di otak.

13. Mengajar
Mengajari konsep baru pada orang lain bisa membantu ingatanmu pada hal tersebut. Jadi berikan mata kuliah kecil untuk temanmu ketika kalian berdua belajar untuk tes yang sama.

14. Berpikiran positif
Menurut ahli kesehatan Harvard, stereotipe negatif tentang penuaan membuat daya ingat menurun. Jadi orang tua menghasilkan nilai yang tes daya ingat yang buruk ketika dihadapkan pada pernyataan pesimis tentang usia dan kekuatan otak — dan lebih baik ketika mendengar pesan untuk menjaga daya ingat tetap kuat hingga pensiun.

15. Gunakan seluruh inderamu
Makin banyak indera yang kamu gunakan ketika mengalami suatu kejadian, semakin mudah Anda mengingatnya nanti. Contoh, penciuman bisa secara cepat mengembalikan kenangan masa lalu. Jadi mulailah mengendus.

16. Catat
Gambar atau tulislah informasi yang ingin diingat.

17. Pengulangan
Ketika kamu ingin mengingat hal baru, ulangi dengan keras. Contohnya jika kamu baru diberitahu nama seseorang, panggil nama mereka ketika berbicara dengan orang tersebut.

18. Tantang dirimu sendiri
Beraktivitas memerlukan konsentrasi. Bergabunglah dengan klub membaca, teka-teki silang atau mencoba resep masakan baru. Kegiatan apapun yang menggunakan otak akan menolongmu untuk menjaga bakat hingga tua nanti.

19. Tulis, jangan ketik 
Jari Anda mungkin akan kikuk menggunakan alat tulis ketika sudah terbiasa mengetik, namun menulis dengan tangan dapat membuat otak memproses informasi dengan lebih baik. Jadi ketika belajar hal yang baru, tulislah.

20. Meditasi 
Penelitian AS menunjukkan, pengobatan harian mempertebal bagian otak cerebral cortex, yang bertanggungjawab membuat keputusan, perhatian dan daya ingat. Cobalah melakukan teknik mengosongkan pikiran, berfokus pada sebuah gambar, suara atau napas Anda sendiri.